Home
Penelitian
Pengabdian Masyarakat
Bahan Ajar
Home
» » Sekolah Satu Atap Wujudkan Mimpi Warga Segeram
Sekolah Satu Atap Wujudkan Mimpi Warga Segeram
Aliffudin
September 29, 2019
Sekolah Satu Atap Wujudkan Mimpi Warga Segeram. (Koran SINDO. Neneng Zubaidah).
Kampung Segeram, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau memiliki kekayaan alam yang luar biasa.
Dengan cadangan minyak dan gas buminya melimpah, tidak lantas membuat kampung ini maju. Justru sebaliknya, ketertinggalan dan keterbatasan menyelimuti warga kampung ini. Untuk menuju Kampung Segeram harus ditempuh melalui Ranai mengendarai speedboat selama satu jam yang sudah terparkir di Pelabuhan Binjai.
Perahu akan melewati barisan hijaunya hutan bakau. Semakin melaju ke tengah laut dapat dijumpai bagan-bagan apung milik nelayan. Perjalanan akan melewati Pulau Sedanau yang terkenal akan ikan Napoleon-nya. Ikan yang sudah cukup terkenal hingga mancanegara itu. Fasilitas yang ada di kampung ini pun sangat terbatas.
Tidak ada listrik yang mengaliri kampung ini. Kebutuhan listrik didapatkan dari tenaga surya dan mesin diesel. Selain itu, di kampung ini juga baru ada 1 sekolah dasar (SD) yang berdiri pada 2002 dan 1 sekolah menengah pertama (SMP) yang baru saja berdiri 2018 lalu.
Kedua sarana pendidikan inilah yang kini menjadi tumpuan warga Kampung Segeram untuk mewujudkan mimpi mereka. Kepala Sekolah Zufrianto mengatakan, ada 14 siswa yang sekolah di SD dan 8 siswa di SMP. Mereka dididik oleh 8 guru SMP dan 6 guru SD.
“Meski tinggal di pulau terluar, semangat mereka untuk sekolah tidak pernah luntur. Namun, kami ada tantangan yang mesti dihadapi yakni jaringan internet dan listrik karena masih pakai diesel,” ungkap Zufrianto saat menerima kunjungan Mendikbud Muhadjir Effendy kemarin.
Di Segeram, jika tidak ada SD/SMP satu atap ini maka anak-anak mesti menumpang hidup di rumah saudaranya di Ranai ataupun Sedanau. Radika Wulandari, murid kelas II SMP, mengaku bahwa sebelum ada sarana sekolah di kampungnya, dirinya terpaksa menumpang saudara di Ranai untuk bersekolah di sana.
Dari Kampung Segeram ke Ranai jika dengan mengendarai motor maka bisa ditempuh selama tiga jam. Jalurnya pun harus menembus hutan dan minim lampu penerangan. Sedangkan kalau ke Sedanau maka harus naik perahu kayu yang disebut Pompong selama 45 menit.
Radika yang bercita-cita menjadi guru olahraga pun berharap pemerintah mau membangun SMA di daerahnya, sehingga tidak ada lagi anak-anak yang menumpang di rumah saudara untuk menuntut ilmu.
“Saya ingin jadi guru olahraga karena suka bermain voli. Saya ingin kembali lagi ke sini (Segeram) karena mau mengajari mereka voli,” kata Radika yang mengaku ayahnya hanya seorang pencari kayu di hutan. Lain lagi cerita Wahyu Kurniawan. Bocah yang juga hobi bermain voli ini mengaku bercita-cita ingin menjadi dokter.
Alasannya sederhana. Wahyu mengaku tidak pernah menemui tenaga medis berseragam putih di kampungnya untuk warga berobat. Jika warga sakit, mereka harus ke bidan. Ketua RW Faisal yang juga berprofesi sebagai pembuat Pompong, mengatakan belum pernah ada pejabat yang berkunjung ke Segeram.
Baru Mendikbud inilah yang sudi berkunjung. Melalui Mendikbud pun, Faisal menyatakan terima kasihnya karena telah membangun sekolah satu atap. Dengan sekolah ini, maka membantu warga untuk tidak pindah kabupaten lain lantaran ingin anaknya tetap bersekolah.
Melalui Mendikbud juga, dia menitipkan pesan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa memperbaiki jalan penghubung ke kabupaten lain yang kondisinya rusak parah. Dia juga ingin aliran listrik bisa masuk kampungnya. Mendikbud Muhadjir mengatakan, Kemendikbud telah membangun sekolah satu atap di daerah yang secara geografis sulit dijangkau.
Sampai saat ini secara nasional sudah ada 4.172 sekolah satu atap yang dibangun di seluruh pelosok. Sekolah yang dibangun untuk kawasan 3T merupakan sekolah satu atap dan berasrama. Sekolah satu atap biasanya hanya untuk jenjang SD dan SMP.
Karena itu, untuk jenjang SMA, Mendikbud menyatakan solusinya adalah dengan belajar Paket C. “Sekolah satu atap selain digunakan untuk siswa SD dan SMP, bisa dilanjutkan penggunaannya untuk warga yang belajar paket,” tandasnya. Dalam kesempatan itu, Mendikbud memberikan bantuan gawai seperti komputer tablet dan server untuk sekolah satu atap di Segeram.
Meski tidak ada listrik, ujarnya, namun sekolah masih bisa menggunakan tenaga surya dan diesel sebagai energi alternatif. “Untuk proses pembelajarannya, konten pembelajaran akan ditanam langsung di komputer sehingga pembelajaran digital bisa digunakan secara offline,” ungkapnya.
sumber:
https://nasional.sindonews.com/read/1441509/144/sekolah-satu-atap-wujudkan-mimpi-warga-segeram-1568961532
Share:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Aliffudin
hi.
← Posting Lebih Baru
Posting Lama →
Beranda
Popular
Tags
Blog Archives
Postingan Populer
Anak Muda Sumber Ekonomi Baru di Era Revolusi Industri 4.0
Kemendikbud Pamerkan Rumah Belajar di GESS Indonesia 2019
7 Pertimbangan Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat
Arsip Blog
▼
2019
(47)
▼
September
(47)
Peneliti Indonesia Harus Mampu Bersaing di Tingkat...
Kurikulum Pendidikan tak Sesuai Jenis Pekerjaan Baru
Alhamdulillah, Siswa di Papua dan Papua Barat Suda...
Program Digitalisasi Sekolah, Kemendikbud Gelontor...
Kemendikbud Pamerkan Rumah Belajar di GESS Indones...
Kemenristekdikti: 96 Perguruan Tinggi Raih Akredit...
Mendikbud: FLS2N Dorong Penguatan Pendidikan Karakter
Universitas Tarumanagara Buka Pendaftaran untuk Ri...
Ini Salah Satu Cara Kemendikbud Tingkatkan Kompete...
8 Siswa Pemenang Utama Family Art Competitions 2 T...
Peningkatan Kualitas SDM Harus Dipacu dalam 10 Tah...
Anggaran Pendidikan Rp 505,8 T, Jokowi Tak Ingin A...
Dikritik Menkeu, Mendikbud Akui Anggaran Pendidika...
Math Battle, Influencer Pendidikan Bagikan 4 Tips ...
Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Dig...
Jumlah Penduduk Buta Aksara Turun Menjadi 3,29 Jut...
Kontribusi untuk Pendidikan, Wafaa Indonesia Kucur...
Dana Desa Bangun Asa Pendidikan di Pelosok Kaliman...
7 Pertimbangan Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat
Ketua DPR: Peningkatan Kualitas Kampus Tantangan T...
Kemendikbud: Masuk SD Tak Boleh Ada Tes Calistung
Kemendikbud dan BNPB Susun Modul Pendidikan Kebenc...
16 Macam Macam Media Pembelajaran Sederhana, Siswa...
Fungsi Kurikulum untuk Kepentingan Pendidikan dan ...
Teknologi Zenius untuk Bantu Pendidikan Siswa di P...
Ratas Pendidikan Vokasi, Jokowi Minta Sistem Pendi...
Kumpulan Kata Mutiara Pendidikan Menginspirasi, Bu...
Kisah Bocah Pemulung yang Dapat Beasiswa Kuliah di...
Pemprov DKI Jakarta Bantu Siswa Tak Mampu Lanjutka...
Jokowi-Ma'ruf Amin Diminta Perbaiki Pengelolaan An...
VIDEO: Miris, Dua Kali Tahun Ajaran Baru Tak Ada M...
VIDEO: Melihat Naik Turunnya Anggaran Pendidikan S...
Di Depan Milenial, Sri Mulyani Pamer Dana Pendidik...
Bikin Aplikasi Pendidikan, Guru di India Mendadak ...
Dari 12 Indikator Daya Saing, Indonesia Hanya Ungg...
Simak Perbedaan Tabungan Pendidikan dan Asuransi P...
5 Jurus Pemkot Surabaya Perbaiki Kualitas Pendidikan
Pesantren Bakal Dapat Dana Abadi dari Alokasi Dana...
Saat Menteri Pendidikan Victoria Australia Penasar...
Sekolah Satu Atap Wujudkan Mimpi Warga Segeram
Pendidikan Anak Usia Dini, Investasi SDM Bagi Bang...
Politeknik LP3I Jakarta Kenalkan Dunia Kampus ke M...
Menristek Dikti Sebut Sudah 96 Perguruan Tinggi Ra...
Tumbuhkan Minat Baca, Program Gernas Baku Perlu Di...
Jokowi Dongkrak Anggaran Pendidikan Jadi Rp505 Tri...
7 Pertimbangan Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat
Viral Kisah Sepatu Siswa SMA Ditahan Guru karena N...
►
2018
(3)
►
September
(3)
Recent Posts