Di Depan Milenial, Sri Mulyani Pamer Dana Pendidikan Rp 505 Triliun di 2020

 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pemerintah mengalokasikan dana pendidikan sebesar Rp505,8 triliun pada APBN 2020.

Anggaran tersebut meningkat 29,6 persen dibandingkan realisasi anggaran pendidikan pada 2015 lalu yang hanya sekitar Rp390,3 triliun.

"Tahun depan Rp 505 triliun dana pendidikan, itu kenaikan yang luar biasa. Butuh banyak sekali. Di dalam dana pendidikan itu ada dana operasional sekolah," tuturnya di Istora Senayan, Minggu (18/8/2019).

Sri Mulyani menjelaskan, generasi muda seharusnya dapat mengoptimalkan kenaikan anggaran alokasi dana pendidikan ini secara optimal dari Pemerintah.

"Baru saja kemarin tanggal 16 Agustus Presiden sampaikan RAPBN 2020. Teman-teman kalau mau lihat (RAPBN 2020) secara sepintas akan muncul banyak ide. Jadi saya bayangkan di situ akan banyak sekali ide dari para teknopreneur, mengelola dan running management of school itu luar biasa penting," ujarnya.

Adapun sebagai informasi APBN dana pendidikan dari tahun 2017 tercatat terus mengalami kenaikan. Tahun 2017 dana pendidikans sebesar Rp406,1 triliun sedangkan RAPBN dana pendidikan pada tahun 2020 senilai Rp505,8 triliun.

"Ada yang pernah mengkritik biaya untuk penelitian kecil, maka kita naikkan biaya penelitian. Namun pada saat yang sama kita juga menaikkan untuk perguruan tinggi diberikan dana abadi," papar Sri Mulyani.

Cerita Kepala BKPM Jadi Pengusaha

Masih di acara yang sama, Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong bercerita bagaimana dulu dirinya pernah menjadi investor didepan ratusan pemuda siang ini.

Hal itu ia sampaikan pada acara The Nation Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Satu Indonesia dengan tema Sumber Daya Digital Millenial Unggul, 1000 Inovasi Digital – Indonesia Maju di Istora Senayan.

"Karir saya sebagai investor apa yang bisa yakinkan, saya ambil resiko tanam modal di start up, paling gampang dengan proses eliminasi, sudah pasti bukan yang punya IQ paling tinggi, bukan IQ jangan terlalu rendah tapi juga jangan terlalu tinggi," tuturnya.

Thomas bercerita, membangun suatu marketplace pun dibutuhkan persistensi yang amat besar. Sebab itu, kekuatan untuk bertahanlah (survive) yang paling penting.

"Bukan spesies paling besar, bukan paling pintar, tapi yang paling bisa menyesuaikan, yang paling adaptif, kalau perlu rombak total business plan, kemampuan beradaptasi, berevolusi itu yang utama," ujarnya.

Share:

Arsip Blog

Recent Posts